Garda Pelita News | Jakarta Timur –
Sejumlah tokoh nasional, akademisi, dan aktivis lintas generasi berkumpul dalam kegiatan Diskusi Publik bertajuk “Wujudkan Demokrasi Pancasila Sebagai Arah Kembali ke Jatidiri Bangsa”, yang digelar pada Rabu (15/10) di Restoran Handayani, Jalan Matraman Raya No. 45, Matraman, Jakarta Timur.
Kegiatan ini menghadirkan empat narasumber utama, yakni Taufan Hunneman dari Forbes Bhinneka Tunggal Ika, Selamat Ginting selaku Pengamat Politik Universitas Nasional (UNAS), Syaiful Bahri dari Aktivis Bina Desa, serta Bambang Sri Pudjo, Aktivis ‘98.
Diskusi dipandu oleh Anton Aritonang, Ketua Umum GN ’98, yang juga bertindak sebagai moderator.
Dalam paparannya, Taufan Hunneman menegaskan bahwa Demokrasi Pancasila merupakan sistem yang lahir dari nilai dan karakter bangsa Indonesia sendiri,
“Demokrasi Pancasila bukan sekadar sistem politik tetapi sebuah pandangan hidup yang menempatkan musyawarah dan kepentingan rakyat di atas segalanya,” ujarnya.
Sementara itu, Selamat Ginting menyoroti bahwa sistem demokrasi liberal yang berkembang pascareformasi justru menciptakan politik berbiaya tinggi dan membuka ruang bagi praktik korupsi.
“Model demokrasi yang mengandalkan kekuatan modal dan popularitas telah menjauhkan kita dari nilai-nilai kejujuran dan gotong royong.
Kita perlu kembali pada semangat musyawarah mufakat yang menjadi ruh Pancasila,” tegasnya.
Syaiful Bahri, Aktivis Bina Desa, menyampaikan bahwa kembalinya praktik Demokrasi Pancasila bukan berarti nostalgia terhadap masa lalu, melainkan upaya mengembalikan arah pembangunan bangsa agar berpihak pada rakyat kecil.
“Demokrasi sejati adalah yang menyejahterakan rakyat di desa-desa, bukan hanya di ruang elit politik. Pancasila harus hadir dalam kebijakan dan perilaku politik kita sehari-hari,” jelasnya.
Sementara Bambang Sri Pudjo, Aktivis ’98, menekankan pentingnya semangat reformasi yang tetap berlandaskan pada nilai-nilai Pancasila.
“Gerakan reformasi dulu lahir dari cita-cita keadilan dan kesejahteraan rakyat. Kini saatnya kita menegaskan kembali jati diri bangsa agar arah demokrasi tidak kehilangan ruhnya,” ungkapnya.
Moderator Anton Aritonang menutup diskusi dengan menekankan perlunya sinergi seluruh elemen masyarakat untuk menghidupkan kembali Demokrasi Pancasila sebagai solusi atas tantangan politik dan moral bangsa saat ini.
Kegiatan ini diakhiri dengan makan siang bersama dan diharapkan menjadi momentum refleksi kolektif untuk memperkuat nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan demokrasi modern, sehingga arah pembangunan politik nasional tetap berpijak pada keadilan, persatuan, dan kesejahteraan rakyat Indonesia. (Red)